Senin, 8 Juli 2013 menjadi salah satu hari yang aku tunggu-tunggu.
Ya, pengumuman SBMPTN jatuh pada hari tersebut tepatnya pukul 17.00 WIB.
Aku yang tahun ini mencoba peruntungan sekali lagi untuk mewujudkan keinginan kedua orang tuaku, sekolah kedokteran, mulai merasa tidak tenang pada H-3jam menuju pengumuman. Entahlah, padahal hari-hari sebelumnya aku sudah merasa siap menerima semua keputusan terbaik-Nya. Sampai-sampai paginya setiap ada teman yang bertanya, "Gimana perasaannya, Aul?"
"Biasa saja. Hehehe" kataku sambil cengengesan.
Aku sih, jujur tidak begitu berharap (pada awalnya). Tetapi... setelah tahu jawaban Allah seperti ini,
tes..
Ternyata aku tetap menitikkan air mata! Waktu itu posisinya aku sedang sendiri di kost an dan hujan turun begitu deras. Rasanya.... pundung banget.
Meksipun aku sudah memperkirakan hal ini, tetap saja ada sepotong rasa kecewa yang hinggap di hati karena ternyata selama ini aku merasa hanya memberi harapan palsu pada kedua orang tuaku. Aku mengikuti SBMPTN tanpa ada persiapapan sama sekali, mengerjakan soal dengan apa adanya, pokoknya hanya bermodalkan niat bonek, deh. Padahal, mengecewakan orang tua adalah satu hal yang paling aku hindari seumur hidupku.
Anehnya, pada detik itu juga, setiap orang yang bertanya lewat pesan singkat ataupun telepon tidak satupun aku respon. Satu hal yang terlintas; aku ingin segera mengabari teman dekatku, Ani dan teman-teman satu departemen di BEM, Fokustik.
"Aku tetap kuliah di Bogor, An." ujarku.
"Aul, salah nggak kalau aku senang? hehehe" balas Ani via pesan singkat.
Sementara itu, aku teringat bagaimana akhir Mei yang lalu teman-teman Fokustikku begitu kecewa saat tahu aku daftar SBMPTN 2013. Bahkan mereka sempat mengadakan rapat departemen yang agendanya khusus untuk menginterogasiku, menanyakan semua hal di balik alasanku mendaftar SBMPTN tahun ini. Kemudian di antara kami terjadi beberapa crash, satu sama lain saling bergesekan karena masalah-masalah kecil. Sampai-sampai Catur dan Salsa mendoakan supaya aku tidak diterima! Hohoho
Seiring berjalannya waktu, aku bersyukur Allah masih menjaga ikatan ukhuwah kami semua. Hubungan kami semua semakin hari semakin baik dan pada akhirnya mereka semua mendukung keputusanku untuk ikut SBMPTN lagi. Mereka mengantarku pulang sampai jalan raya (sampai naik angkot) di hari kepulanganku ke Solo untuk ikut SBMPTN. Kami pun saling mendoakan ketika hari test tiba. Saat itu, aku merasakan sebuah kasih sayang yang begitu berarti dari teman-teman semua yang sedikit demi sedikit menimbulkan sebuah ragu dalam hati, apakah aku rela meninggalkan eratnya persahabatan ini?
Namun ternyata jawaban Allah memang tetap yang terbaik.
Setelah aku mengabari teman-teman semua tentang hasil SBMPTNku, komentar mereka kebanyakan adalah "bagus deh.." atau "Alhamdulillahirobbilaalamiin.." #duh
Dari sini banyak sekali hikmah yang bisa aku ambil; Lewat teman-temanku semua, Allah menyayangiku lebih dari yang aku tahu. Allah tidak ingin merenggangkan ukhuwah yang sudah terjalin antara aku dan mereka semua. Allah pula meringankan beban kedua orang tuaku, karena mereka tidak perlu memindahkan kuliah dua putrinya sekaligus (mengingat kakakku akhirnya diterima di jurusan favoritnya di Unair, Surabaya setelah satu tahun ini mengaku tidak betah kuliah di Jogja). Ternyata, rencana Allah jauh lebih indah dari rencana kita semua...
Last but not least, teruntuk Ibu dan Bapakku tercinta..
Maafkan anakmu yang tidak mampu memenuhi keinginanmu menjadi dokter pertama di keluarga besar kita. Maafkan anakmu yang belum bisa berbakti sepenuhnya.
InsyaAllah anakmu ini akan terus berusaha menjadi yang terbaik di sini, di IPB ini, mengganti cita-cita 'dokter' dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Semoga Allah tetap meridhai jalanku ya, Bu.. Pak...