Minggu, 28 Juli 2013

Ramadhanku... (part 1)



فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Rabb-mu manakah yang kau dustakan?”

Tentu ada begitu banyak alasan mengapa ayat ini diulang sebanyak 31 kali dalam satu surah favorit Ibu, QS 55 Ar-Rahman. Salah satu alasannya jelas, teguran bagi kita manusia yang tak kenal puas supaya bersyukur atas segala pemberian cuma-cuma dari Allah SWT.
Surah ini saya jadikan pengantar untuk tulisan kedua saya di bulan Juli ini karena saya benar-benar merasa Allah sangat memanjakan saya di Ramadhan ke 16 saya kali ini. Mungkin beribu lafadzh hamdalah tak cukup untuk menggambarkan betapa menggembirakan Ramadhan kali ini, yang selama kurang lebih 15 hari justru saya lakoni nun jauh daru rumah, di Bogor.
Ya, ketika liburan akhir semester ini teman-teman saya yang lain sudah menikmati masakan orang tua masing-masing, tidur di kasur yang empuk dan nyaman, sahur dan berbuka dengan keluarga di rumah, saya justru masih meringkuk di kampus. Dibilang aktivis sepertinya berlebihan, saya hanya ingin mengisi liburan dan Ramadhan saya dengan hal yang bermanfaat dan membuahkan hasil. Meski seringkali pula saya merasa homesick dan sempat jatuh sakit sebelum Ramadhan datang kemarin karena kangen rumah, tapi saya merasa bersyukur Allah tetap menjaga jasmani dan rohani ini untuk kuat menjalankan amanah sebagai panitia masa perkenalan kampus adik angkatan J
Persiapan untuk event sebesar ini di IPB tentu tidak main-main, membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang pantang mundur karena event ini dimonitori langsung oleh Direktur Kemahasiswaan. Kebetulan saya ditempatkan di divisi acara, yang setiap hari ada undangan untuk hadir ke SC (Student Center) melaksanakan satu agenda yang bisa diulang berkali-kali di hari yang sama; RAPAT.

Setiap hari agenda kami (saya dan teman-teman PERAK; pendekar Acara kreatif, nama kece divisi kami) selalu berkaitan dengan konsep, memtuar otak, mencari strategi, membuat SOP-TOR-MOU, berangkat dari kost pagi, rapat koordinasi, technical meeting, general meeting, dan lain sebagainya. Nanti buka puasa di SC juga, pulang ke kost an selepas maghrib. Jadi istilahnya ke kost an hanya numpang tidur dan mandi saja. Hingga beberapa kali pula kami menemui titik jenuh yang akibatnya satu persatu anggota divisi kami datang-dan-pergi. Namun itu normal, namanya juga ABG labil. Hehehe
Namun, lama-kelamaan saya mencoba melihat dari sisi positifnya. Coba lihat, kegiatan yang kami lakukan seharian semuanya bermanfaat *inshaAllah*. Kami tidak bermalas-malasan dan gabut di tempat tidur. Dilihat dari setiap rapat yang selalu diawali dengan basmalah, kemudian berhenti tepat ketika adzan berkumandang, kemudian kami semua shalat berjamaah, setelah itu lanjut lagi. Atau tak jarang, kami membawa mushaf kemanapun pergi, memanfaatkan waktu luang untuk tilawah. Kami selalu terjaga untuk shalat di awal waktu, begitu pula dengan target khatam kami yang rata-rata lebih dari sekali selama Ramadhan ini. Subhanallah... pikir saya suatu waktu, saat pemandangan di SC begitu menyejukkan: kami berlomba-lomba dalam kebaikan, semuanya fastabiqul khairat. Lapar dan dahaga pun tidak lagi berarti, digantikan dengan canda tawa antar panitia yang semakin meningkatkan ukhuwah. Ditambah lagi dengan seringnya kami buka puasa bersama, tarawih bersama, bahkan sahur bersama sebelum simulasi acara pun pernah kami alami.
Bahkan kebiasaan-kebiasaan ini masih terbawa hingga kemarin saat saya mengeram di stasiun berjam-jam, menanti kereta tiba. Di saat mushalla stasiun hanya dipenuhi laki-laki yang shalat tarawih, saya memberanikan diri untuk shalat sendiri *cewe sendiri maskudnya* dengan meyakinkan diri bahwa “Innallahamaana”. Di saat peron stasiun dipenuhi orang-orang yang sibuk ngobrol, saya mencoba untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur’an di sana.
Ramadhanku kali ini begitu menyenangkan... :D
Setidaknya perasaan itulah yang hinggap di hati saya selama setengah Ramadhan di Bogor kemarin. Kontras sekali dengan apa yang teman-teman facebook/twitter saya keluhkan di status-status mereka, merasa liburannya tidak produktif lah, lapar, haus, tak sabar menunggu suara bedug tiba. Atau dengan apa yang saya alami sekarang di rumah, kalau tidak ada teriakan Ibu dan buku mungkin saya sudah terlelap seharian sampai waktu buka puasa tiba. Tapi tak apa, sisa waktu di rumah harus digunakan sebaik mungkin untuk birul walidayn, bukan? Itu pesan murobi saya saat saya pamit pulang kampung kemarin.
Akhir kata, tidak ada kalimat lain yang bisa saya haturkan pada-Nya kecuali Alhamdulillah... meski disibukkan dengan perkara dunia yang tak ada habisnya, Allah senantiasa menjaga ruhiyah kita semua untuk tetap terpaut pada mahabbah-Nya lewat kesempatan-kesempatan kecil, mengambil hikmah dari setiap hal, mensyukuri apa yang kita miliki hari ini. Semuanya hanya untuk meraih ridho Allah semata J

Semoga tulisan ini menginspirasi siapapun yang membacanya...

1 komentar:

  1. Luar Biasa..
    Menginspirasi.. ^^

    Semoga Liburan Teman-teman Perak bisa selalu Produktif ya ....

    BalasHapus