Kamis, 03 Agustus 2017

Review Novel 11:11 by Lucia Priandarini






Judul : 11:11
Penulis : Lucia Priandarini
Penerbit : Grasindo
Tebal : 170 halaman
Genre : romance

First of all, I will apologize because this review contains of bahasa Indonesia dan Inggris yang campur aduk. Lagi merasa ingin meningkatkan kemampuan diri tapi kalo ditulis full dengan bahasa inggris, kok ini novelnya bahasa Indonesia? Hehe ^^ Nggak papa, sudah ada mood untuk menulis ini saja syukur Alhamdulillah!
Last week I happened to be strolling around Gramedia with my friend. Thinking that I need to kill my spare time with books instead of Korean dramas, I decided to buy novels (since I’m not into serious yet brain-storming books). Pertama aku sudah punya target mau beli novel terbaru Orizuka yang judulnya ‘Momiji’. Kemudian, ketika sedang mencari-cari, kulihat di rak ada novel 11:11. Sejak SMP, aku suka sekali sama nomer 11 karena dulunya itu nomer absenku di sekolah. Jadi merasa punya keterikatan dengan nomer 11 gitu deh, ceritanya #eaa. Oh iya, awalnya ragu mau beli novel ini atau novelnya Clara Canceriana berjudul ‘Better With You’ , tapi kemudian saat baca synopsis kok kisahnya tentang anak SMA ya.. hehe jadi kurang berminat kalau baca kisah teenlit gitu. Yeah, sejak kuliah apalagi sekarang S2 kan ya minimal bacaannya yang bercerita soal anak kuliah juga atau yang sudah bekerja lah.
Alasan kedua kenapa memilih beli buku ini, jadi dulu ketika SMA ku sudah pernah baca novel terbitan Grasindo juga yang best seller judulnya ‘Dan Hujan Pun Berhenti’. Dan pas ingat itu, I believe Grasindo never published any ecek-ecek books or novels. Aku yakin novel ini pasti bagus! –aku bukan tipe orang yang berani buka sampul buku di toko buku meski hanya untuk ngecek apakah buku ini worth to buy or not- Berlanjut ke sinopsisnya, it seems so appealing. I actually the type of girl who accustomed to travel alone, and the synopsis tells about how a brief open trip can unite people from our past in fate again. Ini salah satu bagian yang kusuka dari novel ini:
“Sudah berapa kali ikut open trip seperti ini?”
“Aku nggak suka bertemu orang baru. Rasanya malas memulai dari awal. Memberi tahu lagi siapa aku, kerja apa, tempat tinggalku di mana.”
“Aku justru suka ketemu orang-orang yang belum tahu siapa aku. Dengan begitu aku bisa jadi orang yang selama ini aku inginkan. Aku bisa mulai dari awal lagi tanpa terbebani ingatan orang akan kenyataan atau pilihan-pilihan bodohku di masa lalu…”