Senin, 28 Januari 2013

Tentang Jogja, Aku Bercerita

Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Istimewa Negrinya, Istimewa Orangnya
Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Jogja Istimewa untuk Indonesia

Rungokna iki gatra saka ngayogyakarta
Nagari paling penak rasane koyo swarga
Ora peduli donya dadi neraka
Neng kene tansah edi peni lan merdika
Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat
Dimana Rajanya Bercermin di kalbu Rakyat
Demikianlah singgasana bermartabat
Berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat
Memayu hayuning bawana
Saka jaman perjuangan nganthi merdika
Jogja istimewa bukan hanya daerahnya
Tapi juga karena orang-orangnya
Jogja istimewa untuk Indonesia
(Jogja Istimewa by Hip Hop Foundation)

Sekarang saya sedang berada di dalam bilik nomor 13 sebuah warnet ternama di Jogja, menunggu kopian film dan drama korea yang kurang lebih satu jam lagi kelar. Hahaha :D
Untuk membunuh waktu yang berjalan lambat, saya memutuskan untuk bercerita sedikit tentang kota Jogjakarta. Setelah beberapa ide bermunculan dalam perjalanan saya kemari tadi, rasanya tangan sudah gatak dan tahan untuk segara mencurahkan semua perasaan senang saya pada kota pendidikan ini.

Bagi saya, Jogja begitu istimewa :)

Entah kenapa, saya sangat mencintai Jogjakarta. Saya juga tidak tahu sejak kapan, yang jelas setiap saya pergi ke Jogja, mood saya selalu baik. Jogja memberikan aura yang positif untuk saya, entah karena apa.
Tidak udah ditanya soal semua tempat vakasi dan wisata yang kota ini tawarkan, semuanya ada. Dari mulai pantai, candi, taman edukasi, bahkan kampus-kampus terkenal di Jogja pun bisa jadi tempat wisata. Terlebih lagi, Jogja kaya akan kuliner yang beragam dengan cita rasa yang mak nyuuuss! hehehe
Mungkin karena alasan-alasan ini pula saya begitu senang pergi ke Jogja. Dulu, pertama kali saya ke Jogja waktu umur kurang lebih 6 tahun. Saat kantor ayah saya mengadakan piknik bersama ke sana. Saya begitu kerasan karena Jogja (waktu itu tepatnya daerah Kaliurang) hawanya sejuk dan dingin, jauh berbeda dengan kota tempat saya tinggal, Surabaya. Apalagi waktu itu banyak sekali kenangan manis yang sampai saat ini bisa saya ingat tentang indahnya liburan dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Satu kesempatan pergi ke Jogja lagi (entah untuk kali yang keberapa) yang selalu saya ingat adalah saat saya berumur 10 tahun, saya pergi ke pantai Krukup bersama keluarga dan seorang kakak sepupu. Lagi-lagi panorama langit senja Jogja yang selama 3 hari itu saya nikmati, membuat saya kesengsem sama kota yang terkenal dengan gudegnya ini. Semuanya terasa WOW :D hahaha
Rasa cinta saya pada Jogja semakin menjadi ketika saya mengantar kakak pertama untuk daftar ulang setelah dia diterima di Universitas Gadjah Mada. Bangunan Grha Sabha Pramana saat itu benar-benar memesona bagi saya. Apalagi saat kakak saya minta ditemani jalan-jalan mengelilingi calon kampusnya itu, saya benar-benar kagum pada keindahan bangunan universitas nomor satu Indonesia ini.
Namun, saat itu belum terbesit di pikiran saya untuk melanjutkan sekolah di sana karena umur saya saat itu masih SMP kelas 1.
Dua tahun kemudian saat saya menginjak SMP, kakak saya mengajak saya untuk liburan di Jogja tanpa Bapak Ibu. Yang paling saya ingat waktu itu adalah ketika malam hari ia mengajak saya mencari sesuap nasi (red: beli makan) di lembah UGM. Mungkin karena waktu itu lele bakar yang saya makan memang enak, jadi saya semakin jatuh hati pada Jogjakarta khususnya UGM. Apalagi saat itu saya sudah sedikit paham tentang dunia kemahasiswaaan, jadi sejak saat itu saya bertekad untuk suatu hari bisa diterima di UGM dan melanjutkan sekolah di sana.
Sampai detik dimana saya menuliskan tulisan ini pun, saya masih *atau terlanjur* cinta pada Jogjakarta dan UGM walaupun faktanya sekarang saya kuliah di Bogor. Bukan, bukan saya tidak suka pada Bogor. Saya juga mencintai Bogor, tetapi rasa cinta saya sebagian besar sudah tertinggal di sini, di Jogjakarta.
Dalam perjalanan menuju kemari tadi, saya berkata pada kakak saya: "Saya mau cari suami orang Jogja saja, atau yang kuliah di Jogja. Supaya nanti saya bisa tinggal di sana.." Hahaha :D impian yang konyol, bukan?
Saya tidak tahu mengapa Tuhan menuntun saya memilih kampus di Bogor itu sebagai kampus pilihan pertama saya 1 tahun silam. Rasa sesal memang terkadang masih hinggap di hati dan pikiran saya, tetapi saya selalu berdoa pada Dia yang membolak-balikkan hati, supaya saya tetap mencintai Jogja dan bermimpi untuk bisa tinggal di sana tanpa harus menyesali mengapa saya tinggal di Bogor saat ini. Yang jelas, saya yakin dan percaya pada rencana indah-Nya :)
Bukan, bukan IPB yang membuat saya menyesal. Tetapi ada hal lain yang... rahasia :p hehehe
Lain kali saya akan gantian bercerita tentang kota hujanku, Bogor.
See you di lain kesempatan, readers! ^o^

3 komentar:

  1. kerenn... :)
    terus menulis... karena menulis adalah amanat Tuhan :D

    BalasHapus
  2. tapi lik, tulisanku belum berkembang dan tetap aja masih berupa curhatan -_- huhu

    BalasHapus