“The things you do for
yourself are gone when you are gone, but the things you do for others remain as
your legacy.” ― Kalu Ndukwe Kalu
Hal-hal yang
kamu lakukan untuk dirimu sendiri akan hilang ketika kamu hilang, tetapi
hal-hal yang kamu lakukan untuk orang lain berbekas sebagai warisanmu. Kurang
lebih, begitu terjemahan kalimat mutiara yang saya cuplik dari N.D. Kalu,
seorang pesepakbola Amerika yang kini sudah diberhentikan. Sebagai judul
tulisan saya kali ini, sepertinya saya sudah terlalu lekat dengan kata “inspirasi”
sejak tergabung dalam BEM TPB Kabinet Inspirasi, hehe #apasih. Maka dari itu,
sebagai wujud karya dari tagline yang selalu kami usung, “Inspirasi Membangun
Negeri”, izinkan saya untuk bercerita tentang sosok yang sangat menginspirasi
saya saat ini.
Namanya Mbah Wiji (tengah), seorang penjaga
makam yang sejak tahun 70an sudah mengabdikan dirinya di pemakaman Gemolong –dekat
rumah Simbah. Lebaran kemarin, seperti kebiasaan yang selalu keluarga besar
saya lakukan, kami berziarah ke makam Simbah Putri bersama-sama. Seusai berdoa,
kami selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam beberapa kerabat lain
yang kami kenal. Dalam hal ini, terkadang saat kami lupa dimana letak makam
kerabat tersebut, Mbah Wiji dengan ingatannya yang tajam selalu bisa
memberitahu kami letak makam orang-orang yang bahkan sudah sekian lama
meninggal.
Mbah Wiji mengenal baik keluarga besar kami,
hampir semua anggota kerabat yang kami tanyakan selalu ia tahu. Saya sampai
salut, bagaimana bisa wanita yang sudah berusia lanjut mengingat banyak hal
dibandingkan dengan kaum muda seperti saya. Mbah Wiji juga sudah begitu lama
tinggal di area pemakaman, menjaga dan menunggui pemakaman Gemolong dengan sabar.
Di jaman sekarang kalau bukan orang yang setulus dan seikhlas Mbah Wiji, mana ada
orang yang berkenan melakukan pekerjaan demikian? Saya rasa tidak ada,
mengingat Mbah Wiji tidak menerima gaji dari siapapun. Paling-paling hanya dari
beberapa orang yang berkunjung ke makam saja, itu pun hanya terkadang.
Kini Mbah Wiji semakin bertambah usianya.
Saat kemarin berkunjung ke makam, kami sekeluarga dengan seksama mendengarkan
cerita –sekaligus curhat an- Mbah Wiji tentang banyak hal; anak-anaknya, tokoh
besar Gemolong, keluarga besar kami, sejarah makam, dan lain-lain. Selama
mendengarkan ceritanya, jujur dalam hati saya menyimpan begitu besar rasa kagum
karena kesabaran dan niat mulia Mbah Wiji yang bisa menginspirasi banyak orang.
Bagaimana tidak? Mbah Wiji rela menghabiskan sisa hidupnya di makam untuk
bersih-bersih, menyapu, mengambil bunga-bunga jatuh, dengan bayaran yang tidak
tentu dan besarnya pun tidak seberapa.
Sebelum berpamitan, saya tersenyum saat Ibu
saya memberikan sehelai jarik baru untuk Mbah Wiji. Sambil bertekad untuk
menebus jasa Mbah Wiji, saya ingin tahun depan (semoga saya dan Mbah Wiji panjang
umur) memberi Mbah Wiji beberapa uang tabungan saya sebagai tanda terimakasih
saya atas semua jasanya.
Saya semakin terharu saat akhirnya kami semua
harus segera pergi dari pemakaman, saat mencium tangan Mbah Wiji, beliau
menyebutkan sebait doa untuk saya:
“Sekolah sing rajin ya, Nduk. Mugo-mugo
sukses dadi dokter!” (Sekolah yang rajin ya, Nduk. Semoga sukses dan
jadi dokter.) katanya. Saya mengamini pelan sambil menahan isak
tangis.
Dari cerita di atas, saya hanya ingin
menyampaikan bahwa menjadi seseorang yang menginspirasi tidaklah harus
muluk-muluk jadi presiden, menteri, duta besar, atau profesi-profesi lain yang
lebih hebat. Bagi saya, melakukan suatu
hal -bahkan hal sekecil apapun- yang
bermanfaat bagi banyak orang jauh lebih bisa menginspirasi secara langsung dan memberikan
hasil yang nyata, seperti yang dilakukan Mbah Wiji. Ternyata di dunia ini, profesi
seperti Mbah Wiji begitu kita butuhkan, bukan? Jadi jangan anggap remeh
orang-orang cilik yang bisa melakukan
hal besar, karena hal-hal sederhana yang dilakoni dengan niat tulus ikhlas
karena-Nya terkadang mendatangkan lebih banyak berkah dari Sang Pemilik
Semesta.
Semoga tulisan ini memotivasi kita untuk bisa
menjadi sosok inspiratif seperti Mbah Wiji.
Dan semoga Mbah Wiji selalu ada dalam
lindungan Allah SWT dimanapun dan kapanpun.
Indonesia tidak butuh banyak orang-orang yang menunggu besar untuk beraksi, tapi orang-orang yang melakukan aksi nyatanya sejak dini. #abstrak
BalasHapus