فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Rabb-mu manakah yang kau
dustakan?”
Tentu
ada begitu banyak alasan mengapa ayat ini diulang sebanyak 31 kali dalam satu
surah favorit Ibu, QS 55 Ar-Rahman. Salah satu alasannya jelas, teguran bagi
kita manusia yang tak kenal puas supaya bersyukur atas segala pemberian cuma-cuma
dari Allah SWT.
Surah
ini saya jadikan pengantar untuk tulisan kedua saya di bulan Juli ini karena
saya benar-benar merasa Allah sangat memanjakan saya di Ramadhan ke 16 saya
kali ini. Mungkin beribu lafadzh hamdalah tak cukup untuk menggambarkan betapa menggembirakan
Ramadhan kali ini, yang selama kurang lebih 15 hari justru saya lakoni nun jauh
daru rumah, di Bogor.
Ya,
ketika liburan akhir semester ini teman-teman saya yang lain sudah menikmati
masakan orang tua masing-masing, tidur di kasur yang empuk dan nyaman, sahur
dan berbuka dengan keluarga di rumah, saya justru masih meringkuk di kampus.
Dibilang aktivis sepertinya berlebihan, saya hanya ingin mengisi liburan dan
Ramadhan saya dengan hal yang bermanfaat dan membuahkan hasil. Meski seringkali
pula saya merasa homesick dan sempat jatuh sakit sebelum Ramadhan datang
kemarin karena kangen rumah, tapi saya merasa bersyukur Allah tetap menjaga
jasmani dan rohani ini untuk kuat menjalankan amanah sebagai panitia masa
perkenalan kampus adik angkatan J
Persiapan
untuk event sebesar ini di IPB tentu tidak main-main, membutuhkan waktu yang
lama dan tenaga yang pantang mundur karena event ini dimonitori langsung oleh
Direktur Kemahasiswaan. Kebetulan saya ditempatkan di divisi acara, yang setiap
hari ada undangan untuk hadir ke SC (Student Center) melaksanakan satu agenda
yang bisa diulang berkali-kali di hari yang sama; RAPAT.
Setiap
hari agenda kami (saya dan teman-teman PERAK; pendekar Acara kreatif, nama kece
divisi kami) selalu berkaitan dengan konsep, memtuar otak, mencari strategi,
membuat SOP-TOR-MOU, berangkat dari kost pagi, rapat koordinasi, technical
meeting, general meeting, dan lain sebagainya. Nanti buka puasa di SC juga,
pulang ke kost an selepas maghrib. Jadi istilahnya ke kost an hanya numpang
tidur dan mandi saja. Hingga beberapa kali pula kami menemui titik jenuh yang akibatnya
satu persatu anggota divisi kami datang-dan-pergi. Namun itu normal, namanya
juga ABG labil. Hehehe
Namun,
lama-kelamaan saya mencoba melihat dari sisi positifnya. Coba lihat, kegiatan
yang kami lakukan seharian semuanya bermanfaat *inshaAllah*. Kami tidak
bermalas-malasan dan gabut di tempat
tidur. Dilihat dari setiap rapat yang selalu diawali dengan basmalah, kemudian
berhenti tepat ketika adzan berkumandang, kemudian kami semua shalat berjamaah,
setelah itu lanjut lagi. Atau tak jarang, kami membawa mushaf kemanapun pergi,
memanfaatkan waktu luang untuk tilawah. Kami selalu terjaga untuk shalat di
awal waktu, begitu pula dengan target khatam kami yang rata-rata lebih dari
sekali selama Ramadhan ini. Subhanallah...
pikir saya suatu waktu, saat pemandangan di SC begitu menyejukkan: kami
berlomba-lomba dalam kebaikan, semuanya fastabiqul
khairat. Lapar dan dahaga pun tidak lagi berarti, digantikan dengan canda
tawa antar panitia yang semakin meningkatkan ukhuwah. Ditambah lagi dengan
seringnya kami buka puasa bersama, tarawih bersama, bahkan sahur bersama
sebelum simulasi acara pun pernah kami alami.
Bahkan
kebiasaan-kebiasaan ini masih terbawa hingga kemarin saat saya mengeram di
stasiun berjam-jam, menanti kereta tiba. Di saat mushalla stasiun hanya
dipenuhi laki-laki yang shalat tarawih, saya memberanikan diri untuk shalat sendiri
*cewe sendiri maskudnya* dengan meyakinkan diri bahwa “Innallahamaana”. Di saat
peron stasiun dipenuhi orang-orang yang sibuk ngobrol, saya mencoba untuk
memperdengarkan bacaan Al-Qur’an di sana.
Ramadhanku
kali ini begitu menyenangkan... :D
Setidaknya
perasaan itulah yang hinggap di hati saya selama setengah Ramadhan di Bogor
kemarin. Kontras sekali dengan apa yang teman-teman facebook/twitter saya
keluhkan di status-status mereka, merasa liburannya tidak produktif lah, lapar,
haus, tak sabar menunggu suara bedug tiba. Atau dengan apa yang saya alami
sekarang di rumah, kalau tidak ada teriakan Ibu dan buku mungkin saya sudah
terlelap seharian sampai waktu buka puasa tiba. Tapi tak apa, sisa waktu di
rumah harus digunakan sebaik mungkin untuk birul
walidayn, bukan? Itu pesan murobi saya saat saya pamit pulang kampung
kemarin.
Akhir
kata, tidak ada kalimat lain yang bisa saya haturkan pada-Nya kecuali Alhamdulillah... meski disibukkan dengan
perkara dunia yang tak ada habisnya, Allah senantiasa menjaga ruhiyah kita
semua untuk tetap terpaut pada mahabbah-Nya lewat kesempatan-kesempatan kecil, mengambil
hikmah dari setiap hal, mensyukuri apa yang kita miliki hari ini. Semuanya
hanya untuk meraih ridho Allah semata J
Semoga
tulisan ini menginspirasi siapapun yang membacanya...
Luar Biasa..
BalasHapusMenginspirasi.. ^^
Semoga Liburan Teman-teman Perak bisa selalu Produktif ya ....