Senin, 02 September 2013

Mbah Wiji, Seorang Sosok Inspiratif


“The things you do for yourself are gone when you are gone, but the things you do for others remain as your legacy.”  Kalu Ndukwe Kalu

Hal-hal yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri akan hilang ketika kamu hilang, tetapi hal-hal yang kamu lakukan untuk orang lain berbekas sebagai warisanmu. Kurang lebih, begitu terjemahan kalimat mutiara yang saya cuplik dari N.D. Kalu, seorang pesepakbola Amerika yang kini sudah diberhentikan. Sebagai judul tulisan saya kali ini, sepertinya saya sudah terlalu lekat dengan kata “inspirasi” sejak tergabung dalam BEM TPB Kabinet Inspirasi, hehe #apasih. Maka dari itu, sebagai wujud karya dari tagline yang selalu kami usung, “Inspirasi Membangun Negeri”, izinkan saya untuk bercerita tentang sosok yang sangat menginspirasi saya saat ini.


Namanya Mbah Wiji (tengah), seorang penjaga makam yang sejak tahun 70an sudah mengabdikan dirinya di pemakaman Gemolong –dekat rumah Simbah. Lebaran kemarin, seperti kebiasaan yang selalu keluarga besar saya lakukan, kami berziarah ke makam Simbah Putri bersama-sama. Seusai berdoa, kami selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam beberapa kerabat lain yang kami kenal. Dalam hal ini, terkadang saat kami lupa dimana letak makam kerabat tersebut, Mbah Wiji dengan ingatannya yang tajam selalu bisa memberitahu kami letak makam orang-orang yang bahkan sudah sekian lama meninggal.

Mbah Wiji mengenal baik keluarga besar kami, hampir semua anggota kerabat yang kami tanyakan selalu ia tahu. Saya sampai salut, bagaimana bisa wanita yang sudah berusia lanjut mengingat banyak hal dibandingkan dengan kaum muda seperti saya. Mbah Wiji juga sudah begitu lama tinggal di area pemakaman, menjaga dan menunggui pemakaman Gemolong dengan sabar. Di jaman sekarang kalau bukan orang yang setulus dan seikhlas Mbah Wiji, mana ada orang yang berkenan melakukan pekerjaan demikian? Saya rasa tidak ada, mengingat Mbah Wiji tidak menerima gaji dari siapapun. Paling-paling hanya dari beberapa orang yang berkunjung ke makam saja, itu pun hanya terkadang.
Kini Mbah Wiji semakin bertambah usianya. Saat kemarin berkunjung ke makam, kami sekeluarga dengan seksama mendengarkan cerita –sekaligus curhat an- Mbah Wiji tentang banyak hal; anak-anaknya, tokoh besar Gemolong, keluarga besar kami, sejarah makam, dan lain-lain. Selama mendengarkan ceritanya, jujur dalam hati saya menyimpan begitu besar rasa kagum karena kesabaran dan niat mulia Mbah Wiji yang bisa menginspirasi banyak orang. Bagaimana tidak? Mbah Wiji rela menghabiskan sisa hidupnya di makam untuk bersih-bersih, menyapu, mengambil bunga-bunga jatuh, dengan bayaran yang tidak tentu dan besarnya pun tidak seberapa.
Sebelum berpamitan, saya tersenyum saat Ibu saya memberikan sehelai jarik baru untuk Mbah Wiji. Sambil bertekad untuk menebus jasa Mbah Wiji, saya ingin tahun depan (semoga saya dan Mbah Wiji panjang umur) memberi Mbah Wiji beberapa uang tabungan saya sebagai tanda terimakasih saya atas semua jasanya.

Saya semakin terharu saat akhirnya kami semua harus segera pergi dari pemakaman, saat mencium tangan Mbah Wiji, beliau menyebutkan sebait doa untuk saya:
Sekolah sing rajin ya, Nduk. Mugo-mugo sukses dadi dokter!” (Sekolah yang rajin ya, Nduk. Semoga sukses dan jadi dokter.) katanya. Saya mengamini pelan sambil menahan isak tangis.

Dari cerita di atas, saya hanya ingin menyampaikan bahwa menjadi seseorang yang menginspirasi tidaklah harus muluk-muluk jadi presiden, menteri, duta besar, atau profesi-profesi lain yang lebih hebat. Bagi saya, melakukan suatu hal -bahkan hal sekecil apapun- yang bermanfaat bagi banyak orang jauh lebih bisa menginspirasi secara langsung dan memberikan hasil yang nyata, seperti yang dilakukan Mbah Wiji. Ternyata di dunia ini, profesi seperti Mbah Wiji begitu kita butuhkan, bukan? Jadi jangan anggap remeh orang-orang cilik yang bisa melakukan hal besar, karena hal-hal sederhana yang dilakoni dengan niat tulus ikhlas karena-Nya terkadang mendatangkan lebih banyak berkah dari Sang Pemilik Semesta.

Semoga tulisan ini memotivasi kita untuk bisa menjadi sosok inspiratif seperti Mbah Wiji.

Dan semoga Mbah Wiji selalu ada dalam lindungan Allah SWT dimanapun dan kapanpun.

1 komentar:

  1. Indonesia tidak butuh banyak orang-orang yang menunggu besar untuk beraksi, tapi orang-orang yang melakukan aksi nyatanya sejak dini. #abstrak

    BalasHapus