Sabtu, 14 Desember 2013

Kontribusi Tanpa Kenal Waktu, Ruang, dan Keadaan


Saya tunggu semuanya ya di BEM Keluarga Mahasiswa 2015-2016..” kata Bang Sun alias Sunarya, (mantan) Ketua BEM TPB IPB 49 yang sejak 20 Desember tahun lalu melantik 91 orang sebagai keluarga barunya. Kami. Anggota BEM TPB IPB 49 Kabinet Inspirasi J

Begitu kalimat itu terlontar dari Bapak, -begitu saya menyebut Sunarya- rasanya ada yang bikin merinding. Entah apa itu. Semacam panggilan dari masa depan yang harus dipersiapkan bekalnya dari sekarang. Dari TPB, menuju fakultas, kemudian pada tingkat akhir mengabdi untuk Universitas.


Hari ini adalah hari dimana kami semua meretas kontribusi terakhir di masa satu tahun kepengurusan kemarin. Sidang Umum II dilaksanakan di RK Pinus lt 2 oleh DPM TPB yang agendanya adalah presentasi LPJ program kerja BEM, pembacaan SPPK (penilaian kinerja), dan demisioner BEM TPB IPB 49. Sejak 1 atau bahkan 2 minggu terakhir perasaan mellow-dramatis sudah bisa kami rasakan, entah itu di sekret, di grup facebook, saat kumpul bareng di luar kampus.. topik tentang demisioner menjadi yang paling hangat dan gemar dibicarakan, sekaligus dihindari.

Kenapa?

Jumat, 15 November 2013

Pacaran yang Aneh

Tentang PACARAN
Beberapa minggu terakhir aku disibukkan dengan agenda kampanye salah satu teman yang mencalonkan diri menjadi ketua bem fakultas. Dia memintaku menjadi salah satu ‘tim sukses’ yang nantinya akan berusaha sebisa mungkin mencari dukungan ke sana-sini, mengerahkan banyak massa untuk ikut pemilihan raya wilayah yang sebentar lagi akan digelar.
Anggota tim sukses tersebut cukup banyak, salah satunya sebut saja Bayu (oke, nama samaran). Setelah beberapa minggu bekerja sama, akhirnya kemarin kami sampai pada puncak kampanye yaitu ketika diadakan karnaval, mengarak pasangan calon ketua-waketua bem ini keliling fakultas.

Selepas itu, di meja praktikum tepat setelah karnaval berakhir dan aku kembali ke dunia nyata (kuliah)..
“Aul, Bayu ikut Tim Sukses?” tanya Fani (nama samaran juga), yang baru-baru ini aku tahu kalau dia pacarnya Bayu.
“Iya.. Cie.. Kenapa, fan?” jawabku santai.
Eh, si Fani kok mendadak jadi galak. “Keluarin aja dia dari TS..” Dengan muka jutek, tanpa memandangku.
“Lho, kenapa?” Heran, dong. Aku kira si Fani ini bercanda, ternyata dia serius :O
“Aku nggak suka dia ikutan begituan, semua yang aku larang kalau dia langgar pasti dia bakal celaka. Lihat aja.” Jawabnya sinis.
“Heyyy.. Jangan lahhh...” Menurutku, Bayu bagus kok kinerjanya.  Bayu aktif mempromosikan calon pasangan ketua bem yang kami usung. Dan kami juga sedang berusaha buat memenangkan calon pemimpin yang paling ideal dan terbaik buat fakultas. Apanya yang salah?
“Nggak, bilangin aja. Ingetin dia. Ini udah komitmen.” Tambah Fani
Aku pun merasa terpojokkan. Katanya sayang, kok mendoakan yang tidak baik?

Well, di sini aku awalnya mengira kalau Fani ini marah karena mungkin waktu yang Bayu punya jadi sedikit tersisa karena kegiatan kami sebagai tim sukses memang cukup padat. Namun seusai percakapan di atas dan praktikum pun berakhir, aku lihat Fani buru-buru pulang dengan mata sedikit sembap dan hidung merah akibat menahan tangis. Selama praktikum berlangsung pun dia bersikap cuek dan cenderung diam, beda dengan biasanya.
Duh.. ada yang janggal, nih. Batinku sampai akhirnya saat aku menulis tulisan ini, akhirnya aku bisa melihat dengan kacamata yang cukup jelas sebuah opini mengenai dua orang yang saling mengikatkan diri dengan status PACARAN.

Senin, 02 September 2013

Mbah Wiji, Seorang Sosok Inspiratif


“The things you do for yourself are gone when you are gone, but the things you do for others remain as your legacy.”  Kalu Ndukwe Kalu

Hal-hal yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri akan hilang ketika kamu hilang, tetapi hal-hal yang kamu lakukan untuk orang lain berbekas sebagai warisanmu. Kurang lebih, begitu terjemahan kalimat mutiara yang saya cuplik dari N.D. Kalu, seorang pesepakbola Amerika yang kini sudah diberhentikan. Sebagai judul tulisan saya kali ini, sepertinya saya sudah terlalu lekat dengan kata “inspirasi” sejak tergabung dalam BEM TPB Kabinet Inspirasi, hehe #apasih. Maka dari itu, sebagai wujud karya dari tagline yang selalu kami usung, “Inspirasi Membangun Negeri”, izinkan saya untuk bercerita tentang sosok yang sangat menginspirasi saya saat ini.


Namanya Mbah Wiji (tengah), seorang penjaga makam yang sejak tahun 70an sudah mengabdikan dirinya di pemakaman Gemolong –dekat rumah Simbah. Lebaran kemarin, seperti kebiasaan yang selalu keluarga besar saya lakukan, kami berziarah ke makam Simbah Putri bersama-sama. Seusai berdoa, kami selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam beberapa kerabat lain yang kami kenal. Dalam hal ini, terkadang saat kami lupa dimana letak makam kerabat tersebut, Mbah Wiji dengan ingatannya yang tajam selalu bisa memberitahu kami letak makam orang-orang yang bahkan sudah sekian lama meninggal.

Minggu, 28 Juli 2013

Ramadhanku... (part 1)



فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Rabb-mu manakah yang kau dustakan?”

Tentu ada begitu banyak alasan mengapa ayat ini diulang sebanyak 31 kali dalam satu surah favorit Ibu, QS 55 Ar-Rahman. Salah satu alasannya jelas, teguran bagi kita manusia yang tak kenal puas supaya bersyukur atas segala pemberian cuma-cuma dari Allah SWT.
Surah ini saya jadikan pengantar untuk tulisan kedua saya di bulan Juli ini karena saya benar-benar merasa Allah sangat memanjakan saya di Ramadhan ke 16 saya kali ini. Mungkin beribu lafadzh hamdalah tak cukup untuk menggambarkan betapa menggembirakan Ramadhan kali ini, yang selama kurang lebih 15 hari justru saya lakoni nun jauh daru rumah, di Bogor.
Ya, ketika liburan akhir semester ini teman-teman saya yang lain sudah menikmati masakan orang tua masing-masing, tidur di kasur yang empuk dan nyaman, sahur dan berbuka dengan keluarga di rumah, saya justru masih meringkuk di kampus. Dibilang aktivis sepertinya berlebihan, saya hanya ingin mengisi liburan dan Ramadhan saya dengan hal yang bermanfaat dan membuahkan hasil. Meski seringkali pula saya merasa homesick dan sempat jatuh sakit sebelum Ramadhan datang kemarin karena kangen rumah, tapi saya merasa bersyukur Allah tetap menjaga jasmani dan rohani ini untuk kuat menjalankan amanah sebagai panitia masa perkenalan kampus adik angkatan J
Persiapan untuk event sebesar ini di IPB tentu tidak main-main, membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang pantang mundur karena event ini dimonitori langsung oleh Direktur Kemahasiswaan. Kebetulan saya ditempatkan di divisi acara, yang setiap hari ada undangan untuk hadir ke SC (Student Center) melaksanakan satu agenda yang bisa diulang berkali-kali di hari yang sama; RAPAT.

Kamis, 11 Juli 2013

Jawaban Allah...

Senin, 8 Juli 2013 menjadi salah satu hari yang aku tunggu-tunggu.
Ya, pengumuman SBMPTN jatuh pada hari tersebut tepatnya pukul 17.00 WIB.
Aku yang tahun ini mencoba peruntungan sekali lagi untuk mewujudkan keinginan kedua orang tuaku, sekolah kedokteran, mulai merasa tidak tenang pada H-3jam menuju pengumuman. Entahlah, padahal hari-hari sebelumnya aku sudah merasa siap menerima semua keputusan terbaik-Nya. Sampai-sampai paginya setiap ada teman yang bertanya, "Gimana perasaannya, Aul?"
"Biasa saja. Hehehe" kataku sambil cengengesan.
Aku sih, jujur tidak begitu berharap (pada awalnya). Tetapi... setelah tahu jawaban Allah seperti ini,


tes..
Ternyata aku tetap menitikkan air mata! Waktu itu posisinya aku sedang sendiri di kost an dan hujan turun begitu deras. Rasanya.... pundung banget.
Meksipun aku sudah memperkirakan hal ini, tetap saja ada sepotong rasa kecewa yang hinggap di hati karena ternyata selama ini aku merasa hanya memberi harapan palsu pada kedua orang tuaku. Aku mengikuti SBMPTN tanpa ada persiapapan sama sekali, mengerjakan soal dengan apa adanya, pokoknya hanya bermodalkan niat bonek, deh. Padahal, mengecewakan orang tua adalah satu hal yang paling aku hindari seumur hidupku.
Anehnya, pada detik itu juga, setiap orang yang bertanya lewat pesan singkat ataupun telepon tidak satupun aku respon. Satu hal yang terlintas; aku ingin segera mengabari teman dekatku, Ani dan teman-teman satu departemen di BEM, Fokustik.

"Aku tetap kuliah di Bogor, An." ujarku.
"Aul, salah nggak kalau aku senang? hehehe" balas Ani via pesan singkat.

Sementara itu, aku teringat bagaimana akhir Mei yang lalu teman-teman Fokustikku begitu kecewa saat tahu aku daftar SBMPTN 2013. Bahkan mereka sempat mengadakan rapat departemen yang agendanya khusus untuk menginterogasiku, menanyakan semua hal di balik alasanku mendaftar SBMPTN tahun ini. Kemudian di antara kami terjadi beberapa crash, satu sama lain saling bergesekan karena masalah-masalah kecil. Sampai-sampai Catur dan Salsa mendoakan supaya aku tidak diterima! Hohoho
Seiring berjalannya waktu, aku bersyukur Allah masih menjaga ikatan ukhuwah kami semua. Hubungan kami semua semakin hari semakin baik dan pada akhirnya mereka semua mendukung keputusanku untuk ikut SBMPTN lagi. Mereka mengantarku pulang sampai jalan raya (sampai naik angkot) di hari kepulanganku ke Solo untuk ikut SBMPTN. Kami pun saling mendoakan ketika hari test tiba. Saat itu, aku merasakan sebuah kasih sayang yang begitu berarti dari teman-teman semua yang sedikit demi sedikit menimbulkan sebuah ragu dalam hati, apakah aku rela meninggalkan eratnya persahabatan ini?
Namun ternyata jawaban Allah memang tetap yang terbaik.
Setelah aku mengabari teman-teman semua tentang hasil SBMPTNku, komentar mereka kebanyakan adalah "bagus deh.." atau "Alhamdulillahirobbilaalamiin.." #duh
Dari sini banyak sekali hikmah yang bisa aku ambil; Lewat teman-temanku semua, Allah menyayangiku lebih dari yang aku tahu. Allah tidak ingin merenggangkan ukhuwah yang sudah terjalin antara aku dan mereka semua. Allah pula meringankan beban kedua orang tuaku, karena mereka tidak perlu memindahkan kuliah dua putrinya sekaligus (mengingat kakakku akhirnya diterima di jurusan favoritnya di Unair, Surabaya setelah satu tahun ini mengaku tidak betah kuliah di Jogja). Ternyata, rencana Allah jauh lebih indah dari rencana kita semua...
Last but not least, teruntuk Ibu dan Bapakku tercinta..
Maafkan anakmu yang tidak mampu memenuhi keinginanmu menjadi dokter pertama di keluarga besar kita. Maafkan anakmu yang belum bisa berbakti sepenuhnya.
InsyaAllah anakmu ini akan terus berusaha menjadi yang terbaik di sini, di IPB ini, mengganti cita-cita 'dokter' dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Semoga Allah tetap meridhai jalanku ya, Bu.. Pak...

Kamis, 16 Mei 2013

Aku Untuk Negeriku ;) #IMove

Lama-lama saya pengin pindah kost ke perpustakaan saja.
Hahaha! Keinginan yang konyol, bukan?
Walaupun tak semegah dan seapik perpustakaan nomor satu di Asia Tenggara (red: perpus UI), perpustakaan IPB selalu menjadi tempat favorit saya. Tidak, di perpus IPB tidak ada JCo-nya, letaknya tidak di atas danau (walaupun dekat dengan danau), dan pendingin ruangannya pun tidak begitu sejuk. Namun entah bagaimana, saya selalu merasa nyaman dan betah di sini. Buktinya saya sekarang sedang numpang nulis di sini, memanfaatkan fasilitas yang ada seoptimal mungkin. Hehehe :)

Oke, kita straight to the point aja. Tangan saya sudah gatal sejak kemarin pulang fieldtrip dari Indramayu. Banyak hal yang baru saya sadari setelah saya melihat langsung kenyataan yang ada di lapangan. And.. here is it!

Selasa, 23 April 2013

status "BISA" yang diragukan


TPB, BISA!!! atau... TPB, Bisa???

Rasanya udah nggak asing lagi kita dengar jargon turun-temurun yang selalu jadi ciri khas mahasiswa tahun pertama IPB ini. Sebuah semangat optimisme yang merupakan harapan bagi mahasiswa tahun pertama selalu muncul ketika jargon ini dikumandangkan.
Namun, permasalahan kini mulai timbul di kalangan civitas akademika yang meragukan kualitas Mutiara Nusantara Angkatan 49 ini.
TPB, BISA! atau.. TPB, BISA?
Setelah berulang kali memenangkan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) –sebuah ajang tahunan olahraga antar fakultas yang paling bergengsi- pada tahun 2011 kemarin TPB menunjukkan kemerosotan prestasinya dalam meraih gelar Juara Umum. Fyi, pada OMI 2012 lalu TPB menduduki peringkat kedua di bawah juara umum dengan perolehan total 10 medali, sedangkan diploma yang menempati peringkat pertama HANYA unggul 1 medali saja dari Sahabat Gemilang Angkatan 48.


(.__.) sumpe loe, TPB kalah??


Well, udah basi mungkin kalo kita bahas masa lalu. Nggak perlu nyari tau kenapa kita bisa kalah apalagi sampai membahas kekurangan mereka. Yang perlu kita pikirkan saat ini adalah:
“BAGAIMANA KITA BISA MEREBUT KEMBALI GELAR JUARA UMUM OMI 2013 KALI INI?”
Kamu pasti bertanya-tanya, deh. So what kalo kita kalah? Emang kalo menang apa untungnya buat kita, toh kita juga bukan atlet yang nantinya dapet duit?
HEY! Kamu peka nggak, sih?
Bertahun-tahun TPB sebagai massa dengan jumlah terbesar dibandingkan fakultas lain selalu berhasil mengantungi piala juara umum yang tingginya melebihi monas! Di olimpiade terbesar tingkat kampus ini, kita bukan hanya membawa nama baik kelas, atau asrama, apalagi lorong (?) KALI INI KITA BERJUANG DALAM 1 GARDA, yakni TPB! Solidaritas, kebersamaan, dan kekompakan harus bisa kita tunjukkan sebagai generasi TPB BANGKIT. Gengsi kita sebagai ‘si kecil cabe rawit’ bakal dipertaruhkan, lho~
Kita harus bisa membuktikan bahwa TPB itu memang BISA dan siap untuk jadi juara umum lagi. Karena kemenangan kita inilah yang nantinya bisa jadi kenangan tersendiri buat tahun pertama kita. Momen berharga ketika kamu ikut berkontribusi mengunggulkan garda TPB bakal jadi cerita kebanggaan yang bisa kamu bagi sama adik angkatan nanti.
“Jujur, saya sendiri sih malu nggak bisa berbuat banyak buat TPB di OMI.” -anonim
Maybe we have no ability to be the athletes, but we can do more! Jadi, kontribusi apa yang bisa kita lakukan?
Berikan dukunganmu buat para atlit pilihan TPB untuk OMI 2013 baik dalam bentuk moril maupun materiil. They’ll do as professional as they can, believe it.
Jangan mau diragukan lagi! Lawan rasa tidak terimamu itu dan tegaskan sekali lagi: TPB, BISA!!!

Rabu, 17 April 2013

Perangkat Media, Pejuang Aspirasi

Peran penting media sosial:
Bisa menjadi agen perubah presepsi karena publikasi tentang baik buruknya sesuatu
Penyampai aspirasi lewat berbagai media yang pasti terbaca
Aktif dalam perkembangan karena pasti selalu update
Aktif dalam pengambilan keputusan lewat tulisan-tulisan, koran, online, TV, radio, sebagai bahan pertimbangan

Saya lupa dapat pernyataan di atas darimana, yang jelas pernyataan ini saya catat di lembar khusus binder saya untuk saya jadikan bahan tulisan kali ini. Well, saya ingin mencoba mengisi blog dengan hal-hal bermutu tidak hanya curhatan semata, hehe
Yang pertama ingin saya sampaikan adalah : Saya bangga Bapak saya seorang wartawan.
Hal ini saya sadari sejak saya duduk di perkuliahan dan bertemu seorang kakak angkatan. Dia bertanya apa pekerjaan bapak, dan saya jawab wartawan. Kemudian kakak tersebut nampak sumringah dan bertanya ini-itu tentang profesi bapak, kami pun terlibat dalam pembicaraan seru tentang hal-hal berbau jurnalistik. Dan sedikit banyak, obrolan panjang lebar kami sedikit membuka cakrawala tentang pentingnya keberadaan media sosial serta perangkatnya sebagai agen penyalur suara rakyat untuk kemajuan bangsa Indonesia.

"Saya amaze banget sama bapak kamu, Aulia. Dari dulu saya selalu ingin jadi wartawan. Doakan ya semoga saya bisa lulus dari IPB dan mengikuti jejak bapak kamu."

Sabtu, 30 Maret 2013

When you realized how precious that simple ‘hello’ word..

"When you realized how precious that simple ‘hello’ word.."

Lama nggak nulis. Yeah, bukan karena sibuk atau apa, justru saya sedang berada pada titik jenuh rutinitas yang akhirnya belakangan ini menyebabkan saya sering absen dari rapat-rapat dan pertemuan semacamnya. Hehehe :) hal ini memang memalukan, tetapi saya cuma berusaha untuk jujur. Saya bilang sama teman-teman satu departemen kalau sedang dalam kondisi mood yang tidak baik buat datang ke agenda apapun, terutama yang menyita pikiran dan emosi saya. Hmm...
Sepertinya saya sedang homesick, kangen rumah. Rindu sama masakan Ibu, celoteh Bapak, candaan teman-teman, dan hangatnya zona nyaman. Padahal minggu depan saya mid-term dan jujur, persiapan saya (terutama untuk mata kuliah fisika) masih kurang. Tetapi saya pikir, setelah beberapa hari ini saya 'nggak sehat', ini saatnya saya untuk mengobati diri saya sendiri. Saya butuh menulis, mencurahkan sebagian kecil isi hati saya buat media entah siapapun yang akan baca nanti. Saya hanya perlu membagi keluh yang selama ini susah payah saya tahan sendiri (maklum, introvert tulen).

Oke, itu barusan hanya pengantar. Panjang banget ya? Duh, maaf ya.. Namanya juga curcol~
Sebenarnya rasa malas dan titik jenuh yang kini sedang saya alami ini berasalan. Ya, mundurnya kinerja saya dan (mungkin) teman-teman yang lain sehingga tidak memenuhi apa yang ditargetkan membuat saya kecewa sendiri. Semua yang sudah dipersiapkan, rencana yang sudah dibuat dari jauh hari, terhambat banyak hal atau bahkan kandas di tengah jalan. Well, ini memang masalah umum, bukan? Tapi gagalnya plan-plan yang sudah saya buat secara beruntun membuat saya akhirnya capek sendiri. Heuh.. Inilah resiko sebagai seorang ambisius yang introvert, saya sulit memercayai seseorang untuk diajakin curhat. Saya selalu ingin terlihat baik-baik saja di depan umum.

Kembali ke topik awal, mungkin kalimat pembuka di atas agak nggak nyambung dengan apa yang mau saya bahas kali ini; KESAN PERTAMA.

Kesan pertama? Siapa yang setuju sama saya kalau kesan pertama itu penting??
Ya, menurut saya, kesan pertama bisa menentukan baik-buruknya sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Kesan pertama menjadi tanda atau ciri khas yang akan diingat dan dikenang orang sampai kapanpun. Percaya atau tidak, silakan ingat-ingat sendiri kesan pertama kalian pas ketemu orang baru.
Kesan pertama itu bisa menjadi karakter kita yang kita bangun sendiri di depan orang lain menurut subjektivitas mereka, tanpa bisa kita ikut campur. Gimana kita bersikap, berbusana, berbicara, bertata krama, semuanya penting di kali pertama kalian memperkenalkan diri sebagai orang baru. Nilai positif dan negatif bisa langsung muncul dari sekilas pandang raut wajah kalian. Begitu pula dengan sapaan pertama, yang biasanya terkesan kagok atau aneh. Tetapi kebanyakan orang bisa langsung mencatat kesan pertama mereka berkenalan dengan kalian.
Sebenarnya tulisan ini saya dedikasikan straight to the point ya, untuk seseorang yang agak bikin saya kesal dan memilih untuk bolos beberapa agenda karena merasa jenuh akan rutinitas.

Selasa, 05 Maret 2013

Seorang lagi, Shevi..

Hari ini adalah kali pertama aku nangis di depan seorang sahabat, namanya Shevi. Mungkin selama ini aku belum banyak cerita tentang dia, hehe. Karena memang kami belum kenal begitu lama, kira-kira baru 6/7 bulan sejak Juni lalu saat sama-sama masuk dan diterima di kampus kebanggaan, Institut Pertanian Bogor.
Shevi adalah teman sebelah kamar yang satu lorong denganku, asalnya dari Bekasi dan dia sama seperti kebanyakan teman yang lain, 2 tahun lebih tua dariku.
Orangnya cantik, manis, tinggi, putih, rada gembul #ups, mandiri, pantang menyerah, jujur, kalem, pemalu, ah udah mujinya kebanyakan nih. Entar dia sendiri kalo baca bisa gedhe rasa hehehe :p
Yang jelas, over all, Shevi adalah salah satu teman yang klop denganku. Sangat klop sebagai sepasang sahabat yang sama-sama bergolongan darah A dan sering pergi kemana-mana berdua. Menurutku, selain baik Shevi juga keibuan. Dia jarang marah dan ketika BT atau kecewa pun dia lebih memilih untuk diam dan nangis sendiri. Nggak seperti aku yang masih sering meluap-luap ketika lagi marah atau nangis kejer setiap ada masalah, Shevi orangnya nggak sensi seperti aku. Dia udah jauh lebih dewasa daripada aku yang di umur ke 17 tahun di dunia ini masih juga cengeng -_______-
Well, tadi sore aja aku nangis karena masalah presentasi PKn yang nggak kelar. Dia kebetulan datang ke kamar buat minta karet gelang dan ngeliat aku telungkup di tempat tidur sambil prembik. Akhirnya dia mendekat *sementara teman sekamarku bahkan mengira aku tidur, ckckck* dan nanya "Kenapa u?"
Ya, aneh memang. Shevi tidak seperti kebanyakan orang yang memanggilku "Al" "Aul" "Ul" "El" "Lia" atau apapun itu.. Shevi memanggilku "Au" tanpa L. Dan lucunya, kedua huruf A dan U itu dibaca terpisah.. Bingung kan? Hahaha :D
Seketika itu juga, aku nangis sambil cerita tentang presentasi PKn-ku yang kacau dan nggak ada persiapan sementara deadline-nya besok. Aku yang 'terpaksa' kerja sendiri padahal tugas makalah itu adalah untuk kelompok merasa disengsarakan karena teman-teman 1 kelompok tidak antusias dengan tugas tersebut dan aku harus kerja keras sendiri :( Syedih banget ya kan?
Sambil nepuk-nepuk pundakku, Shevi yang lebih dulu udah presentasi makalah PKn pun berusaha menghibur sebisanya. Dia mencoba menenangkan kondisiku yang lagi sok mellow itu sementara aku udah sesenggukan di pundaknya *hehehe, maaf ya umay*
Shevi bahkan menawarkan diri untuk membantu menyelesaikan makalah tersebut dengan cara menemaniku pergi ke tempat print atau sekedar beli makan. Dia bilang "Ayo u, ngga papa aku temenin. Malem ini aku ngga ada PR kok.." padahal aku nggak minta sama sekali. Baik kan? *Dan malemnya aku ke kamar dia, dia ternyata ngerjain tugas fisika tanah. Intinya, dia bohong bilang kalo ngga ada PR :")*
Shevi terlalu baik sampai terkadang kesannya dia sangat polos. Lucu sih, sampe seluruh teman sekelasnya ngetawain waktu dia ngomong di depan publik. Ya ga, shev? #kabur
Terlepas dari itu semua, aku ngerasa malu waktu Shevi bilang "Yahh... orang laper emang sensi sih ya," sambil merangkul pundakku *nyindir maksudnya mah -_-* walaupun kalo dipikir-pikir omongannya bener juga. Aku seharian belum makan nasi dan baru masuk kamar usai maghrib dengan kondisi habis 'dipaksa' menyelesaikan makalah kebutan dalam waktu beberapa jam.
Heuh... sudah 17 tahun *walaupun belum punya KTP sih* tapi masih suka nangis karena hal-hal kecil seperti itu malu-maluin banget kan? Ya, that's me. Belum bisa berubah walaupun sudah menempatkan diri di berbagai lingkungan yang seharusnya bisa mendewasakan. Astaghfirullah~
Kembali lagi ke Shevi, Alhamdulillah, Allah berkenan memberiku kesempatan buat kenal dia karena aku ngerasa beruntung bisa  akrab sama dia. Semoga nggak pernah berantem dan tali silaturahmi kami bisa long last. Amiin ya Rabb :)
Walaupun ada yang bilang "seseorang yang awalnya baik sama kita nantinya bisa jadi musuh", sama sekali aku nggak berharap ada keretakan hubungan apapun sama Shevi karena dia sudah begitu baik selama ini. Dia bisa menjadi sosok kakak pengganti yang memahami seorang anak kelahiran tahun 96 yang tersesat di antara manusia-manusia ber-KTP #ehm
Semoga Allah senantiasa menjaga ukhuwahku dengan teman-temanku semua karena sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain ;)
Jadi...... seorang lagi yang kucintai karena Allah, Shevi... Saranghaeyo! :* <3

Jumat, 01 Maret 2013

Ketika Tuhan Menciptakan Wanita

Sebuah tulisan yang menurut saya sangat luar biasa :") Sila dibaca, readers.. Dan jangan lupa ucapkan Alhamdulillah atas segala rasa syukurmu yang saat ini terhenti di batas lidah. Here we go! :D

direpost dari: http://kutipanuntukmu.blogspot.com/2013/02/ketika-tuhan-menciptakan-wanita.html


Ketika Tuhan Menciptakan Wanita



Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya, “Mengapa begitu lama menciptakan wanita, Tuhan?”

Tuhan menjawab, “Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita? Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan“.

Malaikat menjawab dan takjub, “Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!
Tuhan menjawab, “Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari“.

Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya, “Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?”
Tuhan menjawab, “Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.”
“Untuk apa?“, tanya malaikat.

Tuhan melanjutkan, “Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona laki-laki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki wanita. Dia dapat mengatasi beban lebih hebat dari laki-laki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia mampu berdiri melawan ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia girang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi dia mampu mengatasinya. Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.”

“Cintanya tanpa syarat. Hanya ada satu yang kurang dari wanita, Dia sering lupa betapa berharganya dia.....” 

Senin, 18 Februari 2013

Tentangmu, Hana...


Al, sukses ya. Aku mencintaimu karena Allah..”
Saya baru selesai sholat maghrib ketika satu sms dari sahabat saya bernama Hana Maulida, atau yang kerap kali dipanggil Nana, masuk. Entah kenapa, atau mungkin karena suasana hati saya yang belakangan terlampau melankolis, saya seketika menitikkan air mata. Bahkan, ketika saya hendak mengaji air mata saya semakin tumpah, saya menangis. Padahal, baru tadi siang saya bertemu dengan Nana di sekolah sma dulu. Tetapi rasanya trenyuh ketika saya membaca ulang isi sms tersebut yang mungkin bagi Nana hanya guyonan saja, karena saya dan Nana baru beberapa hari yang lalu membiasakan kalimat “Aku mencintaimu karena Allah” ini, karena sebelumnya kami begitu asing dan kagok untuk saling berkata demikian.
Namun, seperti tersengat sesuatu (hal yang sama yang membuat saya menitikkan air mata) saya kemudian menyadari betapa Allah sayang sama saya. Saya memaknai benar isi sms sahabat saya tersebut. Kasih yang Beliau limpahkan tak hanya datang langsung begitu saja, melainkan juga tersalurkan lewat orang-orang di sekitar saya yang selama ini banyak menyemangati saya ketika saya sedang down. Seperti saat ini.. *duh, curcol* hehehe
Maka malam ini, saya ingin sedikit bercerita tentang sahabat saya yang satu ini.
Nana adalah salah satu orang yang sering jadi tempat pelarian saya ketika saya sedang banyak masalah. Kami berkenalan 3 tahun yang lalu di kelas akselerasi SMA 1 Karanganyar *oke, ini terlalu bertele-tele* Hahaha :D

Kamis, 31 Januari 2013

buat adik-adik SMA, fighting!

Malam ini saya sedikit ingin berbagi cerita saja. Mumpung tangan sedang gatel dan kali ini saya nggak akan curhat karena inshaAllah tulisan kali ini bermanfaat kok :) *hehe semoga yaaah*
Jadi selama kurang lebih 2 minggu ini libur usai UAS dan saya pulang ke kota asal, Surakarta (Karanganyar lebih tepatnya), Alhamdulillah liburan saya cukup produktif. Artinya, saya tidak berleha-leha dan nyantai-nyantai di rumah, bermalas-malasan tanpa gaweyan atau main nggak jelas karena gabut dengan teman. TIDAK! hohoho~ Saya diamanahi oleh rektorat IPB di bawah naungan organisasi mahasiswa daerah asal  (OMDA)Solo Raya untuk melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah di Solo dan sekitarnya.
Dan disinilah cerita saya dimulai...

Senin, 28 Januari 2013

Tentang Jogja, Aku Bercerita

Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Istimewa Negrinya, Istimewa Orangnya
Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Jogja Istimewa untuk Indonesia

Rungokna iki gatra saka ngayogyakarta
Nagari paling penak rasane koyo swarga
Ora peduli donya dadi neraka
Neng kene tansah edi peni lan merdika
Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat
Dimana Rajanya Bercermin di kalbu Rakyat
Demikianlah singgasana bermartabat
Berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat
Memayu hayuning bawana
Saka jaman perjuangan nganthi merdika
Jogja istimewa bukan hanya daerahnya
Tapi juga karena orang-orangnya
Jogja istimewa untuk Indonesia
(Jogja Istimewa by Hip Hop Foundation)

Sekarang saya sedang berada di dalam bilik nomor 13 sebuah warnet ternama di Jogja, menunggu kopian film dan drama korea yang kurang lebih satu jam lagi kelar. Hahaha :D
Untuk membunuh waktu yang berjalan lambat, saya memutuskan untuk bercerita sedikit tentang kota Jogjakarta. Setelah beberapa ide bermunculan dalam perjalanan saya kemari tadi, rasanya tangan sudah gatak dan tahan untuk segara mencurahkan semua perasaan senang saya pada kota pendidikan ini.

Bagi saya, Jogja begitu istimewa :)